Matrealistis???

       Kesekian kalinya aku berusaha mengelak dengan semua yang berusaha meracuni. Kesekian kalinya aku bertahan dengan semua masukan yang seakan menjerumuskan, dan ini aku untuk kesekian kalinya masih bertahan dengan statement yang sudah tersampaikan.

     Segala tuntutan dengan list panjang terperinci, tidak hanya bayangan dekorasi pernikahan. Kehidupan, keuangan, sampai urusan wanita sosialita sudah aku sampaikan dengan mengharuskan jawabannya adalah iya. Dengan kata lain, aku tidak ingin hidup susah karena menikah. Ini bukan matrealistis tapi realistis. Aku tidak pantas ikut menuntut dari racun yang sudah tercampur dengan semburat otakku dan seharusnya aku lebih fasih memahami salah satu isi kitab QS.51:58 (read :Surah Adz-Dzaariyaat:58) berkaitan dengan rezeki. Tapi kenapa otakku terlalu kuat untuk menyerap racun tidak jauh dari kata matre’. Bukankah lelaki sejati tidak akan membiarkan aku hidup susah karena telah memilihnya? Lantas, apa yang harus aku katakan, dengan segala tuntutan dari keluarga, seakan mengharuskan yang lebih berkelas?


#baitdalamcerita
27.01.17

Comments