Aku sering berfikir yakin, kamu lah seseorang yang akan aku buatkan teh hangat sepulang kerja. Kamulah seseorang yang aku perhatikan di tengah tidur kelelahan dan kamu lah seseorang pertama yang aku sapa saat mata terbuka.
Aku
sering berfikir yakin, kamu seorang imam yang tabah dan menatap ramah
saat aku menyerah, aaahhh..!! Lagi – lagi aku berfikir yakin, kamu
seseorang yang setia membelai rambut saat sedang bergemelut. Ntah
kenapa sampai aku berfikir terlalu yakin seperti itu.
Kamu
yang aku kenal adalah seseorang yang tersenyum saat moodku seperti
rel rollercoaster, yang bisa saja naik dan turun. Selalu
memposisikan aku seperti cokelat yang tidak pernah habis manisnya.
Keegoisan ku seakan tidaklah harus pergi, karena kamu selalu
memberikan pundak ternyaman dengan melontarkan makna senyuman. Sampai
akhirnya, aku yakin kamu seseorang dalam penantian.
Tapi
seketika saat logika menyapu bayang. Pikiran tumbuh bagai ilalang.
Aku meragu untuk terus menunggu. Karena menunggu adalah hal yang bisa
menjadi kesia – siaan. Kemudian pemikiran tentang dia yang masih
dalam ambang seakan hadir memberikan sebuah pengharapan. Lantas
bagaimana dengan kamu yang aku rasakan sebagai penantian? Sejatinya
aku merasa kamu dalam pengharapan dan dia masih dalam penantian.
#baitdalamcerita
28.09.16
Keyakinan itu lebih dari sekedar melihat dan mendengar ;)
ReplyDeleteMungkin kamu benar ya kamu lelah menunggu, lelah untuk yakin. Coba ikhlaskan, ikhlas bukan berarti melepas melainkan menerima yang sudah menjadi ketentuannya. Jika kamu memang yakin, yakinkan dia untuk tetap bergerak.
Yapp.. keyakinan tidak hanya sekedar dari tatapan dan pendengaran.
Deletekeyakinan adalah sebuah perasaan yang dipandu dengan rasa kenyamanan.
Kesabaran dan ke ikhlasan adalah memang benar kunci nya.
Ikhlas membiarkan dia bergerak dan sabar menunggu sebuah penantian.
Biarkan lah waktu yang akan menguatkan arti sabar dan ikhlas